Sunan Kudus
Sunan Kudus nama kecilnya adalah Jaffar Shadiq. Nama ayahnya
yaitu Raden Usman haji yang bergelar Sunan Ngudung dari Jipang Panolan yang
terlertak di kota Blora. Sedangkan ibunya yaitu Syarifah ( adik Sunan Bonang ),
anak Nyi Ageng Maloka. Pada saat ayah handa beliau meninggal. Maka kedudukannya
memimpin Demak digantikan oleh Sunan Kudus.
Metode berdakwah
a. Strategi pendekatan dengan masyarakat, sunan kudus termasuk mendukung sunan kalijaga dan sunan bonong menerapkan strategi dakwah antara lain :
1) Membiarkan dulu adat istiadat dan kepercayaan lama yang
sukar dirubah.
2) Bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran islam tetapi
mudah dirubah maka segera dihilangkan.
3) Tut wuri handayani dan menerapkan prinsip tut wuri
hangiseni.
4) Menghindarkan konfrontasi, didalam menyiarkan islam.
5) Pada akhirnya boleh merubah adat dan kepercayaan
masyarakat yang tridak sesuai dengan ajaran islam tetapi dengan prinsip tidak
menghalau masyarakat dari umat islam.
b. Merangkul masyarakat Hindu – Budha,
Cara beliau mendekati masyarakat Kudus yaitu dengan
memanfaatkan simbol-simbol Hindu – Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur
masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran / padasan wudhu yang
melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan
Kudus.
(masjid di kudus berartirktertur hindu budha)
Suatu waktu, Ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid
mendengarkan Tabliqh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi
nama kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagumi sapi
menjadi simpatik. Apalagi setelah mereka mendengarkan penjelasan Sunan Kudus
tentang Surat Al-Baqarah yang berarti “Sapi Betina”. Sampai sekarang sebahagian
masayarakat tradisional Kudus, masih menolak menyembalih sapi.
c. Selamatan mitoni
Di dalam cerita tutur disebutkan bahwa sunan kudus itu pada
ketika gagal mengumpulkan rakyat yang masih berpegang teguh pada adat istiadat
lama. Seperti mitoni pada saat tiga bulan. Sembari minta kepada Dewa bahwa bila
anakmya lahir supaya tampan seperti Arjuna, jika anaknya perempuan seperti Dewi
Ratih cantiknya.
Adat istiadat tersebut ditentang secara keras oleh Sunan kudus. Melainkan diarahkan ke bentuk islami. Acara selamatan tetap ada tetapi niatnya bukan kirim sesaji kepara para dewa , melainkan bersedekah kepada penduduk setempat dan sesaji yang dihidangkan boleh dibawa pulang.
Sedang permintaannya langsung kepada ALLAH dengan harapan lahir laki-laki seperti Nabi Yusuf tampannya. Dan bila perempuan seperti Siti Mariam cantiknya. Untuk itu sang ayah dan ibu harus sering-sering membaca surat Yusuf dan Mariam. Sebelum acara dimulai diadakanlah pembacaan laying anbiya. Biasanysa yang dibaca adalah bab Nabi Yusuf.
oke sekian dari saya apabila kawan kawan ingin memberi saran atau komentar bisa komn di bawah atau hubungi kontak di bawah ini
e-mail : fkpproduction106@yahoo.com
Emoticon